Senin, 12 November 2012

Guruku adalah Sumber Cahayaku


“Pak guru, sebentar lagi saya mau ujian.  Do’ain ya pak biar saya bisa menghadapi ujian dengan lancar dan nilainya bagus.”

“Hahaha, kamu itu aneh-aneh aja. Jelas lah Bapak do’akan. Sudah kewajiban guru untuk mendoakan murid-muridnya agar menjadi lebih baik dari guru-gurunya.”

Bukan. Itu bukan karangan cerpen. Itu memang benar-benar ada dalam kehidupan kita. Mungkin kita tidak pernah tahu kalau guru kita selalu berdo’a untuk murid-muridnya. Tapi seperti itulah faktanya.

Kalau mendengar kata guru, hal yang terlintas dalam pikiranku adalah sumber cahaya. Kita tahu sendiri lah, kalau tanpa adanya cahaya kita tidak akan bisa mengetahui apapun yang ada disekitar kita. Maka dari itulah, kita harus mendapatkan cahaya sebanyak mungkin dari guru-guru kita. Semakin banyak cahaya yang kita dapatkan, semakin jauh pula jangkauan kita untuk melihat atau mengetahui hal-hal disekitar kita. Selain itu guru tidak hanya sekedar memberi cahayanya kepada kita, tapi kita juga diajari cara menggunakan cahaya itu dengan baik dan benar. Jangan sampai kita salah menggunakannya dan malah menjadi bumerang bagi diri kita sendiri begitupula orang lain.

Maksudnya adalah guru tidak hanya sekedar memberi ilmu saja, tapi juga memberi nasehat agar menggunakan ilmu itu dengan jalan kebaikan. Karena disitulah kunci apakah ilmu itu akan bermanfaat untuk kita, atau malah membuat kita celaka. Karena ilmu yang tidak didasari dengan akhlak yang baik akan merugikan diri sendiri. Intinya adalah sekecil apapun nasehat guru dengarkan dan lakukan. Disitulah tersimpan do’a guru yang dapat membuat kita berhasil kelak.

Banyak orang berpendapat kalau jadi guru lebih banyak waktu santainya daripada berwirausaha. Karena jam kerjanya juga mengikuti anak sekolah. Jadi saat tanggal merah para siswa libur, gurupun juga ikut libur. Tidak seperti berwiraswasta yang harus bekerja setiap hari. Kalau sehari saja tidak bekerja, maka tidak ada penghasilan juga untuk hari itu. Tapi kalau guru walaupun cuti sampai beberapa haripun tidak akan mengurangi jumlah gaji yang ia terima. Memang sih. Walaupun seorang guru lebih banyak liburnya dibandingkan wirausahawan, tapi ada juga seorang guru yang tidak bersantai-santai dirumah sambil nonton TV atau baca koran. Mereka harus membuat soal ujian, mengoreksi tugas yang menumpuk, menulis rapor tiap siswa, dll. Tidak seperti seorang murid saat hari libur mereka nonton TV, bertamasya, ke rumah teman, dll.

Mungkin banyak orang berkata bahwa seorang guru kehidupannya pasti akan terjamin. Karena gaji yang diberikan oleh guru cukup besar. Tapi itu hanya guru yang kita ketahui di beberapa wilayah perkotaan tertentu. Tapi kalau misalnya kita mau menengok lebih ke pedesaan, kita akan banyak menemukan guru yang rela untuk memulung, bercocok tanam, berdagang, dll untuk memenuhi kebutuhannya. Karena gaji yang ia peroleh hanya ia dapatkan dari sumbangan sukarelawan orang tua murid. Bila orang tua murid tidak memberi sumbangan kepada guru tersebut, secara terpaksa mereka harus mencari pekerjaan sampingan.

Dengan ini kita tahu bahwa jasa guru-guru kita begitu besar. Mereka tidak peduli apa yang terjadi pada diri mereka. Mereka hanya berfikir apapun yang terbaik untuk kita. mereka adalah orang-orang yang terpilih untuk mengubah bangsa indonesia yang gelap gulita menjadi terang bahkan sampai menerangi negara-negara lainnya. Tidak ragu lagi kalau kita menyebut guru kita adalah PAHLAWAN SEPANJANG MASA. Karena pengorbanan yang telah mereka lakukan dapat bermanfaat bagi kita sepanjang masa hidup yang kita jalani.

INGATLAH NASEHAT GURU. KARENA DISITULAH PENENTU KEBERHASILAN MASA DEPAN KITA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar