
“Pak guru, sebentar lagi saya mau ujian. Do’ain ya pak biar saya bisa menghadapi ujian
dengan lancar dan nilainya bagus.”
“Hahaha, kamu itu aneh-aneh aja. Jelas lah Bapak do’akan.
Sudah kewajiban guru untuk mendoakan murid-muridnya agar menjadi lebih baik
dari guru-gurunya.”
Bukan. Itu bukan karangan cerpen. Itu memang benar-benar ada
dalam kehidupan kita. Mungkin kita tidak pernah tahu kalau guru kita selalu
berdo’a untuk murid-muridnya. Tapi seperti itulah faktanya.
Kalau mendengar kata guru, hal yang terlintas dalam
pikiranku adalah sumber cahaya. Kita tahu sendiri lah, kalau tanpa adanya
cahaya kita tidak akan bisa mengetahui apapun yang ada disekitar kita. Maka
dari itulah, kita harus mendapatkan cahaya sebanyak mungkin dari guru-guru kita. Semakin banyak cahaya
yang kita dapatkan, semakin jauh pula jangkauan kita untuk melihat atau mengetahui hal-hal disekitar
kita. Selain itu guru tidak hanya sekedar memberi cahayanya kepada kita, tapi kita juga
diajari cara menggunakan cahaya itu dengan baik dan benar. Jangan sampai kita salah
menggunakannya dan malah menjadi bumerang bagi diri kita sendiri begitupula orang lain.
Maksudnya adalah guru tidak hanya sekedar memberi ilmu saja,
tapi juga memberi nasehat agar menggunakan ilmu itu dengan jalan kebaikan. Karena
disitulah kunci apakah ilmu itu akan bermanfaat untuk kita, atau malah membuat
kita celaka. Karena ilmu yang tidak didasari dengan akhlak yang baik akan
merugikan diri sendiri. Intinya adalah sekecil apapun nasehat guru dengarkan
dan lakukan. Disitulah tersimpan do’a guru yang dapat membuat kita berhasil
kelak.
Banyak orang berpendapat kalau jadi guru lebih banyak waktu
santainya daripada berwirausaha. Karena jam kerjanya juga mengikuti anak
sekolah. Jadi saat tanggal merah para siswa libur, gurupun juga ikut libur. Tidak
seperti berwiraswasta yang harus bekerja setiap hari. Kalau sehari saja tidak
bekerja, maka tidak ada penghasilan juga untuk hari itu. Tapi kalau guru
walaupun cuti sampai beberapa haripun tidak akan mengurangi jumlah gaji yang ia
terima. Memang sih. Walaupun seorang guru lebih banyak liburnya dibandingkan
wirausahawan, tapi ada juga seorang guru yang tidak bersantai-santai dirumah
sambil nonton TV atau baca koran. Mereka harus membuat soal ujian, mengoreksi
tugas yang menumpuk, menulis rapor tiap siswa, dll. Tidak seperti seorang murid
saat hari libur mereka nonton TV, bertamasya, ke rumah teman, dll.
Mungkin banyak orang berkata bahwa seorang guru kehidupannya
pasti akan terjamin. Karena gaji yang diberikan oleh guru cukup besar. Tapi itu
hanya guru yang kita ketahui di beberapa wilayah perkotaan tertentu. Tapi kalau
misalnya kita mau menengok lebih ke pedesaan, kita akan banyak menemukan guru
yang rela untuk memulung, bercocok tanam, berdagang, dll untuk memenuhi
kebutuhannya. Karena gaji yang ia peroleh hanya ia dapatkan dari sumbangan
sukarelawan orang tua murid. Bila orang tua murid tidak memberi sumbangan
kepada guru tersebut, secara terpaksa mereka harus mencari pekerjaan sampingan.
Dengan ini kita tahu bahwa jasa guru-guru kita begitu besar.
Mereka tidak peduli apa yang terjadi pada diri mereka. Mereka hanya berfikir
apapun yang terbaik untuk kita. mereka adalah orang-orang yang terpilih untuk
mengubah bangsa indonesia yang gelap gulita menjadi terang bahkan sampai
menerangi negara-negara lainnya. Tidak ragu lagi kalau kita menyebut guru kita
adalah PAHLAWAN SEPANJANG MASA. Karena pengorbanan yang telah mereka lakukan dapat
bermanfaat bagi kita sepanjang masa hidup yang kita jalani.
INGATLAH NASEHAT GURU. KARENA DISITULAH PENENTU KEBERHASILAN
MASA DEPAN KITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar